Senin, 05 April 2010

“Djarum Super”

Rokok merupakan produk konsumsi yang menjadi salah satu bagian gaya hidup masyarakat. Bisa dipastikan parapecandu lebih mementingkan isinya daripada kemasannya. Jadi, tiap kali membeli rokok merek tertentu, setelah semua isi habis terisap, bungkusnya pun segera dibuang. Tak sempat terpikirkan, sebenarnya kemasan rokok merupakan salah satu karya desain komunikasi visual. Di dalamnya merepresentasikan nilai kreativitas dan terkandung berbagai unsur estetika, seperti: komposisi, warna, tipografi, ilustrasi, dan lainnya.

Saya menemukan rokok indie berbentuk sigaret kretek dengan merek Djarum Super merah-hitam sesuai untuk golongan pemuda yang berjiwa muda atau romantis; apalagi bila didukung oleh kampanye iklan yang agak berbau erotis ”Saya tertarik lalu membelinya’’,

Sigaret kretek tersebut menarik perhatian saya karena gaya desain kemasan rokok tersebut unik, berbeda dengan desain rokok kretek mayor label. Selain menggunakan tipografi yang bersifat tradisional dalam balutan warna-warna cerah, keberadaan desain kemasan rokok indie tersebut justru memiliki focus of interest saat terpajang di warung. ‘’Dalam konteks gaya desain, kemasan rokok indie tersebut bergaya moster. Hal ini dicirikan dari eksekusi desain kemasan yang menggunakan pendekatan lukisan diberi tulisan dan akrab dikenal dengan sebutan poster.

Ada hal menarik dan bernilai dari sebungkus rokok, lebih dari sekadar untuk dibakar dan dihisap asapnya. ‘’Semakin sering saya memburu rokok indie diberbagai tempat, semakin saya menemukan kenikmatan terkait dengan pola pemikiran dan kreativitas desain komunikasi visual dari parapengelola industri rokok rumahan yang masih bertahan. Hal lain yang bisa saya temukan adalah aspek antropologi, sosiologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat perokok serta pedagang rokok indie di daerah pinggiran.’’
Desain yang digunakannya memiliki teknik perencanaan gambar, bentuk, simbol, huruf, fotografi dan proses percetakan, yang disertai pula dengan pengertian tentang bahan dan biaya bukan hanya menciptakan desain atau perencanaan fungsional estetis, tetapi juga yang informatif dan komunikatif dengan masyarakat. Bila dilengkapi dengan pengertian psikologi massa, dan teori-teori pemasaran (ekonomi), maka karya-karya desain grafis ini dapat merupakan alat promosi dengan yang sangat ampuh. Hal ini sesuai dengan tuntutan hidup effektif yang selalu membutuhkan informasi yang cukup dan baik.
Kemasannya menyandang beberapa fungsi seperti:
- tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat melindungi barang dari kemungkinan rusak, sejak keluar dari pabrik sampai ke tangan pembeli, bahkan masih dapat digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis terpakai, (dalam hal ini wadah tersebut masih menyandang fungsi iklannya).mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citradiri dan mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya (bungkus rokok yang berwibawa).
- kemasannya mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka, tutup, pegang, bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.
- rupa luar kemasan sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas.
- perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta penempatan, demikian pula penyusunan dalam lemari pajang.
Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu saling menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik percetakan yang baik, akan membawakan pesan yang langsung ataupun yang tidak langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan (teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cerdas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks jelas, singkat, benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain keseluruhan.
Mengenai gambar atau ilustrasi dapat diungkapkan melalui gambar tangan ataupun melalui fotografi atau keduanya. Fungsi utama dari ilustrasi ini adalah untuk informasi visual tentang produk, pendukung teks, tentang penekanan suatu kesan tertentu atau sebagai penangkap mata untuk menarik calon pembeli untuk membaca teks. Ilustrasi melalui gambar fotografi sering digunakan untuk meyakinkan kualitas isi barang; karena lebih menampilkan kenyataan benda tersebut.
Dari sudut kejiwaan warna panas, warna merah dianggap warna jantan, lambang darah yang mengalir di dalam tubuh dihubungkan dengan sikap spontan, meriah, terbuka, memacu gerak dan menggelisahkan, yang disebut “extroverted colour”, sedang warna, warna jingga mengesankan bersih, membangkitkan selera, ramah dan hangat.dingin dihubungkan dengan sikap tertutup sejuk, santai, penuh pertimbangan dan disebut “introverted colours”.
Kecenderungan potensi dari warna ini tentunya dapat diterapkan dengan baik dalam pembuatan kemasan. Untuk menjelaskan kekuatan warna, pandangan dari segi psikologi mengemukakan, bahwa warna lebih dekat hubungan kepada emosi daripada kepada bentuk, sehingga pada sebuah kemasan warna tampil lebih awal dibandingkan dengan bentuk kemasannya dan untuk ini tidak begitu diperlukan pertimbangan-pertimbangan pengamatan..

Pada umumnya di Indonesia sampai dengan saat ini masih hidup dengan baik desain kemasan yang tradisionil (baik desain grafisnya maupun bahan yang dipergunakan) di samping desain kemas yang modern, yang pembuatannya didasarkan kepada konsep pemikiran yang modern juga.

Mempertimbangkan tata tertib desain sangat membantu untuk menghindarkan kesan desain yang kacau balau. Ketiga unsur grafis, gambar, huruf dan warna haruslah dapat menampilkan dirinya secara saling tenggang dan saling tunjang. Bentuk huruf nama produk yang seharusnya tampil utama, tidaklah layak diganggu oleh penggunaan warna-warna kontras yang menyilaukan, sebab warna yang keras hanya dapat berteriak, tapi tidak menyampaikan pesan. Gambar ilustrasi yang berkelebihan akan menenggelamkan pesan informasi tertulis yang justru lebih penting. Teks yang dicetak dengan warna kuning atas dasar hitam akan sangat jelas terbaca, sebaliknya tulisan biru atas dasar merah akan bergerak memusingkan mata, dan warna kuning muda atas putih akan tidak terbaca. Demikian pula penggunaan bentuk huruf kecil akan lebih mudah dan enak dibaca dari pada huruf besar, dan pemilihan tipe huruf yang sederhana akan lebih menguntungkan dari pemakaian huruf yang dekoratif yang mungkin akan lebih indah tapi sukar terbaca.

Memperhitungkan tinggi dan tebal huruf yang seimbang, dan jarak spasi antara huruf lebih besar dari tebal huruf itu sendiri, sehingga semua pesan yang tertulis sangat mudah terbaca. Hindarkanlah kesan pada konsumen, sehingga seakan-akan kemasan itu berusaha menyembunyikan sesuatu. Dalam pemakaian teks, gunakanlah kata-kata yang mudah dimengerti, tidak terlalu panjang, tidak berarti ganda, karena kecenderungan konsumen adalah selalu mencari produk yang praktis dan bermanfaat yang kemudian baru mempertimbangkan soal harga.
Saran khusus yang penting dihayati oleh para produsen dan pendesain kemasan Indonesia adalah agar menempatkan persoalan pengemasan ini, tidak saja sebagai faktor ekonomis yang berhubungan dengan peningkatan pemasaran barang saja, tetapi juga sebagai faktor kulturil yang membawa citra wibawa bangsa. Suatu contoh yang dapat kita tiru adalah apa yang telah dilakukan oleh Jepang terhadap seni pengemasan barang produk mereka. Seluruh nafas keseni-rupaan Jepang dapat terpancar pada rancangan grafis kemasan barangnya; sebagai sebuah tontonan kesenian. Apakah kita layak mempunyai optimisme ke arah demikian, memang sangat tergantung kepada sikap dan keinginan kita sendiri.
Demikianlah secara singkat yang dapat disampaikan mengenai peranan desain grafis pada kemasan dan pada akhirnya ingin saya tekankan “Bila bentuk kemas itu hanya dapat melindungi isi barang yang dikemas, tapi desain grafisnya akan menjual barang tersebut kepada pembeli”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar